Oleh M. Amir Faizal Firdaus, santri kelas 11 keagamaan 1
Mendekati hari-hari ujian, hendaknya seorang pelajar sadar akan pentingnya waktu yang ada. Sebab nantinya kemampuan yang dimiliki pelajar akan diuji. Bagi yang tidak mempersiapkan ujian akan kesulitan dan akan mudah bagi siapa saja yang menyiapkan jauh-jauh hari dengan belajar sebelum ujian berlangsung.
“Barangsiapa tahu jauhnya perjalanan, maka bersiaplah ia.”
Ungkapan tersebut sering didengar para pelajar khususnya pelajar pesantren. Namun, tak jarang para pelajar mengabaikan ungkapan tersebut. Padahal sebagai pelajar tidaklah patut menganggap remeh atau enteng suatu hal meski kecil tingkatannya apalagi sampai ke tingkatan yang besar. Sebab, perbuatan tersebut dapat menumbangkan seseorang dimanapun berada.
Patut menjadi perhatian bersama bagi para pelajar, khususnya generasi muda penerus bangsa. Negara ini masih berada dalam tahap perkembangannya dibandingkan negara-negara lain. Dari segi kemajuan negara masih kalah dari Jepang. Hal ini terlihat dari ketertinggalan teknologi yang dibuat akibat dari kurangnya kapasitas ilmu yang dimiliki.
Perjuangan menuntut ilmu itu berat.
Perlu diingat ketika orangtua kita memeras keringat, banting tulang hanya demi membiayai anak-anaknya untuk belajar. Mereka tidak akan menyerah walau badai ombak selalu menerjang. Tentu ketika para pelajar merenungkan hal ini, kesadaran akan tumbuh pada diri pelajar untuk giat dalam belajarnya.
Dengan begitu, sudah sewajarnya pelajar menggunakan waktunya sebaik mungkin. Karena kesempatan tidak akan terulang kembali. Jika pelajar menggunakan waktunya sebaik mungkin, masa depan yang indah dan tujuan yang jelas akan tercapai. Jadi, pelajar yang sukses menggapai cita-citanya, pasti telah tertanam dalam hatinya rasa optimis disertai ikhtiar dan tawakkal kepada Allah.
Tak mudah menggapai kesuksesan
Sebuah kesuksesan tidak akan dicapai oleh seseorang kecuali setelah adanya kepenatan (lelah) mencapainya dengan proses sungguh-sungguh. Sebagaimana ungkapan mahfudhat yang sering oara santri dengar.
“Dan tidak ada kenikmatan kecuali setelah kesusahan (dalam meraihnya).“
Seperti perjuangan para ulama terdahulu, mereka tidak tanggung-tanggung dalam menuntut ilmu. Imam Abu Hanifah, salah satu dari imam 4 madzhab dalam Islam. Beliau ketika belajar dengan gurunya yakni Hammad bin Abi Sulaiman, beliau menghabiskan masa belajarnya selama 18 tahun tanpa adanya rasa bosan atau jenuh dalam melakukan prosesnya. Apa yang menjadikannya seperti itu? Yaitu niat yang benar dan kuat serta adanya kesadaran hati yang melahap hawa nafsu buruk sehingga menjadi bersih niat itu.
Luar biasa anakku, mudah mudahan, diberi kelancaran, cita-citamu tercapai tetap semangat ya untuk belajar raih mimpimu setinggi mungkin