“KEDAHSYATAN SALAT SUBUH BERJEMAAH”

(Disadur dari kuliah subuh Kyai Dawam Saleh: #1)

Selasa, 22 Juni 2021/11 Dzulqaidah 1442.

Assalamu‘alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin wa as-salatu wa as-salamu ‘ala asyraf al-anbiya’ wa al-mursalin wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma‘in, amma ba‘du:

Alhamdulillah, anak-anak di pondok disiplin dengan salat Subuh berjemaah. Meskipun masih hari Selasa, kebetulan anak-anak belum masuk kelas, kita lanjutkan sedikit pembahasan tentang pentingnya salat Subuh. Hebatnya salat Subuh disebutkan di dalam hadis:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid al-Ghubariy, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa‘ad bin Hisyam dari ‘Aisyah dari Nabi Saw. berkata: dua rekaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya.”[1]

Maksud dari dua rekaat fajar adalah qabla al-fajr, dua rakaat sebelum salat Subuh—dua rakaat qabliyah—lebih baik daripada dunia dan seisinya. Apa dunia seisinya itu? Harta, wanita, tahta, jabatan, kendaraan, pakaian. Apabila kita bisa salat Subuh dua rekaat dan salat sunat dua rekaat sebelumnya itu jauh lebih baik daripada memiliki mobil mewah, menjadi gubernur, presiden, mentri, pun lebih baik daripada memiliki uang miliyaran atau triliyunan. Itulah maksud dari khairun min ad-dunya wama fiha. Kelebihan salat Subuh berjemaah juga terdapat dalam hadis:

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ سَلَمَةَ الْمَخْزُومِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي عَمْرَةَ قَالَ دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ الْمَسْجِدَ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقَعَدَ وَحْدَهُ فَقَعَدْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ وَحَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَسَدِيُّ ح وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ جَمِيعًا عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي سَهْلٍ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ

“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami al-Mughirah bin Salamah al-Makhzumiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahid dan dia adalah anak Ziyad, telah menceritakan kepada kami ‘Usman bin Hakim, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Abi ‘Amr, dan ia berkata: telah masuk masjid Usman bin ‘Affan setelah menunaikan salat Maghrib, maka duduklah ia sendirian, dan aku duduk menghampirinya, kemudian ia berkata: Wahai keponakanku, aku mendengar Rasulullah bersabda: Barang siapa salat Isya’ secara berjemaah, maka seakan-akan ia salat setengah malam dan barang siapa salat Subuh secara berjemaah, maka seakan-akan ia salat sepanjang malam,” dan telah menceritakan kepadaku Zuhairah bin Harb, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah al-Asadiy, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi’, ia berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaq seperti periwayatan ini seluruhnya dari Sufyan dari Abi Sahal, ayah dari ‘Usman bin Hakim.”[2]

Pasca meletusnya perang Mesir-Israel tahu 1973, salah seorang tentara Mesir bercakap-cakap dengan seorang tentara Israel. Tentara mesir tersebut berkata bahwasanya demi Allah ia akan mengalahkan tentara Yahudi hingga suatu saat ada di antara mereka yang bersembunyi di balik batu dan pepohonan, kemudian batu dan pepohonan itu akan berkata, “Hai orang muslim, di belakangku ada seorang Yahudi, kemarilah dan bunuhlah ia.”. Tentara Yahudi itu menjawab, “Itu tidak akan terjadi sebelum kualitas salat Subuh kalian sama seperti salat Jumat.” Apa yang diucapkan oleh tentara Mesir itu memang telah tercantum di dalam sebuah hadis:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

“Telah menceritakan kepada kami Qutabah bin Sa‘id, telah menceritakan kepada kami Ya‘qub yaitu anak dari ‘Abdurrahman dari Suhail dari ayahnya dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Tidak terjadi hari kiamat hingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, kemudian kaum Muslimin membunuh mereka hingga seorang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pepohonan, tetapi batu dan pepohonan itu berkata, ‘Hai orang muslim, wahai hamba Allah, ada seorang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah ia.’, kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.”[3]

Inilah yang paling ditakuti oleh orang-orang Yahudi/Israel, bukan senjatanya Hamas Palestina atau nuklirnya Iran, bukan pula keberanian orang-orang mujahidin, tetapi apabila orang-orang Islam melakukan salat Subuh berjemaah.

Kehebatan pengaruh dari salat Subuh bisa kita pelajari dari apa yang dipraktikkan oleh Turki. Negara Turki, di bawah presiden Tayyip Recip Erdogan, orang yang berdisiplin dalam syariat, bahkan kalau membaca al-Qur’an itu bagus sekali, hafal sebagian ayat-ayatnya, itu setingkat presiden. Padahal kebanyakan presiden itu tidak bisa membaca al-Qur’an, tapi Erdogan tidak demikian, bahkan bisa mengimami. Sebelum Erdogan, kebanyakan presidennya itu sekuler-liberal. Maksudnya adalah tidak memperhatikan agama, sekadar dunia saja. Tidak ada perintah salat jemaah dan sebagainya, bahkan dulu tahun 1924 Turki di bawah presiden baru, Mustafa Kamal Attaturk, dilarang untuk azan memakai bahasa Arab, namun memakai bahasa asli Turki. Orang-orang—terlebih para wanita—tidak boleh memakai jilbab. Silakan mau salat atau tidak, itulah negara sekuler, Turki pada saat itu. Setelah kekuasaan berada di bawah Tayyip Erdogan, dia menganjurkan kepada seluruh negara Turki, supaya tidak ada satu jengkal tanah pun yang tidak mendengar suara azan, hendaknya selalu dikumandangkan ke pelosok-pelosok daerah, hingga desa-desa terpencil. Ia juga menganjurkan supaya salat Subuh berjemaah itu jumlahnya sama dengan salat Jumat. Berbeda jika kita lihat misal masjid An-Nur di desa Sendangagung, jumlah salat Jumat memenuhi masjid hingga di halaman luar, sedangkan salat Subuh hanya satu baris, bahkan setengah.

Di antara kehebatannya, dulu Turki ekonominya berada dalam urutan ke-111 sedunia. Setelah Erdogan memimpin dan syariat Islam diterapkan dengan baik dan benar, maka naiklah secara signifikan dalam urutan ke-16.[4] Data lain menyebutkan bahwa Turki sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Turki melakukan lompatan besar di bidang ekonomi, dari PDB peringkat ke-111 dunia dengan PDB hanya US$231 miliar pada tahun 2002 menjadi peringkat ke-19 dan terbesar ke-6 di Eropa dengan PDB US$754,4 miliar pada tahun 2019, yang menjadikan Turki masuk ke dalam kelompok 20 negara dengan PDB terbesar di dunia, dan menjadi anggota OECD yang sangat bergengsi karena beranggotakan negara-negara maju. Pendapatan per kapita rakyat Turki juga meningkat sangat pesat mencapai tiga kali lipat dalam 11 tahun sejak tahun 2002, yakni dari angka US$3.500 menjadi US$11.014 pada tahun 2015. Pendapatan per kapita Turki saat ini, tercatat lebih besar dari dua negara Uni Eropa, yakni Rumania dan Bulgaria.[5]

Erdogan adalah seorang pemimpin, gigih melawan Israel yang selalu menggempur, menzalimi, mengusir dan membunuh rakyat Palestina. Pernah suatu saat di dalam sidang PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), dewan sidang memperkenankan perdana menteri Israel berpidato, seketika Erdogan keluar dari ruang sidang karena protes, “Ini negara penjajah, pembunuh, teroris, kok dibolehkan di sini!”, katanya.

Ghadan (besok), kita masih melanjutkan tentang pentingnya salat Subuh berjemaah.

Wassalamu‘alaikum warahmatullah wabarakatuh.


[1] Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim (Juz 1),no. 725, hlm. 510.

[2] Ibid.,no. 656, hlm. 454.

[3] Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim (Juz 4),no. 2922, hlm. 2239.

[4] https://news.detik.com/internasional/d-4080016/pencapaian-erdogan-selama-15-tahun-terakhir-berkuasa-di-turki, diakses terakhir pada 08/02/2022 pukul 16.15 pm.

[5] A. Jajang W. Mahri, dkk, Ekonomi Pembangunan Islam (Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah–Bank Indonesia, cetakan ke-1, 2021), 107.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *