Oleh: Dyta Anggrayni R*
Berbicara tentang budaya yang berarti kebiasaan, tentu saja tak lepas dari yang namanya masyarakat. Karena dari masyarakat itulah budaya tercipta. Apalagi di era globalisasi saat ini yang melahirkan generasi milenial.
Tentunya generasi milenial memiliki dampak negatif serta positif terhadap suatu bangsa bahkan dunia sekalipun. Namun yang lebih menarik adalah di tengah peradapan milenial ini, dalam hal ini masyarakat Mesir modern tetap eksis dengan budaya positif mereka seolah-olah terjaga dari pengaruh negatif.
Kemungkinan hal ini dikarenakan berkah negeri para nabi. Selain itu, mereka juga mempunyai perbedaan tipis dalam hal budaya dan tradisi. Adapun tradisi adalah kebiasaan turun temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat di daerah atau negara itu sendiri.
Budaya Masyarakat Mesir Modern
Mengutip dari adanya dua kata tersebut, maka penulis tertarik untuk mengupas secara sederhana tentang budaya dan tradisi masyarakat Mesir modern di era millenial ini. Adapun budaya masyarakat
Mesir tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, Ramah
Meskipun orang Mesir terkenal dengan temperamen keras, negeri padang pasir yang panas ini mempengaruhi kepribadian mereka dan tak jarang karena masalah sepele mereka langsung marah-marah.
Namun jika mereka berhadapan dengan wafidin atau orang asing mereka sangat ramah bahkan tidak ada manusia paling ramah selain mereka, apalagi jika bertemu dengan orang Indonesia pasti mereka mengucapkan salam dan tersenyum walaupun belum saling mengenal.
Kedua, Tidak pendendam
Masyarakat Mesir adalah masyarakat yang mempunyai karakteristik bisa menerima nasehat orang lain dengan baik alias tidak pendendam dan tidak merasa jengkel apabila dinasehati. Berbeda halnya dengan masyarakat Indonesia, terkadang orang akan merasa jengkel dengan raut muka berubah apabila ada orang yang menasehati bahkan akan berubah jadi dendam.
Ketiga, Jujur
Masyarakat Mesir adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kejujuran ketika mereka berada di tempat umum seperti menemukan sesuatu yang bukan miliknya. Mereka tidak akan mengambilnya, meskipun itu sesuatu yang berharga. Mereka lebih memilih untuk membiarkan begitu saja hingga pemilik benda tersebut mengambilnya kembali.
Keempat, Suka membaca Al-Quran Dimanapun dan Kapanpun
Hal tersebut adalah biasa bagi masyarakat Mesir dengan kebiasaannya membaca Al-Qur’an dimanapun mereka berada karena penulis menyaksikan sendiri ketika mereka tiba-tiba membuka musyaf setiap saat ketika mereka tidak melakukan aktifitas apapun.
Dari kebiasaan-kebiasaan baik yang sederhana masyarakat Mesir inilah kita bisa belajar betapa
pentingnya waktu apabila digunakan untuk kebaikan sehingga bisa memberikan energi positif untuk
orang-orang disekeliling kita.
Tradisi Masyarakat Mesir Modern
Selain kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat negeri piramida ini juga mempunyai tradisi. Adapun tradisi yang turun temurun tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, orang mesir memiliki kebiasaan minum say (teh) sedikitnya 11 kali sehari, makanan utama
mereka adalah ‘isy (roti kering dari gandum) dan foul (kacang foul seperti kacang koro), mereka penyuka jus buah, yogurt keju, tomat dan porsi makan mereka cukup besar bisa-bisa satu ekor ayam mereka habiskan sendiri.
Kedua, pria Mesir memiliki kesukaan mengisap syisa, yaitu semacam aroma buah-buahan dicampur air yang dihirup melalui alat penghisap yang unik. Kebiasaan ini masih ada hingga sekarang bahkan dibuat tempat khusus semacam café bagi para penikmatnya. Mereka juga sangat menyukai syair-syair dan musik padang pasir. Menari-nari adalah tradisi yang masih mereka pertahankan. Hampir semua orang Mesir pintar bergoyang pinggul, termasuk anak-anak.
Ketiga, tradisi perkawinan juga masih dipegang kuat. Para orangtua di Mesir biasanya menetapkan
mahar yang sangat tinggi bagi anak perempuannya yang akan dilamar. Ada banyak pria membujang
lama karena tradisi Mesir yang menekankan bahwa seorang pria harus memiliki status, rumah dan
harta dulu sebelum berani menikah. Tak heran banyak pasangan di Mesir yang sudah berumur 35-
50an tapi anak mereka masih balita.
Begitulah gambaran tentang budaya dan tradisi Masyarakat Mesir saat ini. Walau teknologi dan pemikiran mereka begitu berkembang, tetapi tidak merubah budaya maupun tradisi yang baik maupun buruk dalam kehidupan mereka, serta menjadi nafas kehidupan mereka sampai detik ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai kontribusi generasi milenial yang tengah menghadapi sisi peradaban dunia yang semakin canggih, tetapi tidak melupakan budaya dan tradisi yang positif sebagai generasi madani.
Penyunting: M. Afiruddin
*Penulis adalah wali santri Ponpes Al-Ishlah, alumni fakultas hukum UMM tahun 2004, Pekerja di El Shafey Group Company di Kairo-Mesir, penulis lepas dan tertarik bidang budaya, sastra, parenting dan agama.