Mari Bersama Melihat Ke Dalam Diri

Perkenankan saya untuk mencoba menelaah, baik itu masalah yang terjadi, pihak-pihak yang berkaitan ataupun menelaah diri saya pribadi sebagai sarana berintropeksi diri.

Adanya grup-grup wali santri tentu memudahkan kita saling berintropeksi diri. Kasus yang hari ini terjadi (19/02/2017), oleh salah satu wali santri yang curhat tentang permasalahan yang dialaminya, berkenaan dengan handphone suaminya, tentu menjadi sarana untuk kita sama-sama belajar. Mengambil hikmah di balik kejadian ini.

Kami tentu sangat menyayangkan, ada pihak-pihak awam yang dengan mudahnya berkomentar, “mungkin itu ustadzah yang tidak terdidik.” Yang kami tahu, di sini ustadz ustadzahnya merupakan orang yang sangat paham dengan keadaan pondok. Mereka adalah otak dari peradaban pondok selama kurun waktu 30 tahun ini. Mereka sudah bekerja keras untuk membangun sistem pondok yang sedemikian ini. mereka adalah alumni yang juga pernah merasakan pahit manis getirnya kehidupan pondok. Mereka sudah sangat terdidik menghadapi kasus-kasus berat yang terkadang harus mengorbankan nurani mereka sendiri demi tegaknya disiplin dan peraturan pondok. Mereka selama ini berjuang tanpa pamrih. Semata-mata untuk kebaikan pondok ini.

Mari kita lihat ke kiblat pondok ini. Darussalam Gontor. Kita tentu melihat sistem yang kuat dan mandiri dari pondok Darussalam telah menjadi karakter dan jati diri Gontor. Dari kita barangkali ada yang melihat dari sudut pandang yang berbeda, di Gontor terkesan saklek dengan peraturan yang ada. Jika pengurus bilang A, yah A. Tidak ada jawaban lainnya. Bahkan wali santri yang tidak terima dengan keputusan yang ada, dipersilahkan untuk memindahkan anaknya ke pondok lain yang lebih sesuai dengan keinginan dan harapan orang tua. Jika kita mau memahami, ini semua tidak lain karena mereka tidak mau, sistem yang telah mereka bangun dari awal berdiri, ada celah meski sekecil lubang semut sekalipun. Mereka ingin, sistem mereka mandiri. Mandiri dari kepentingan-kepentingan wali santri. Santri dan wali santri harus beradaptasi dengan sistem yang sudah mandiri, bukan sistem yang harus beradaptasi dengan santri dan wali santri yang dari beragam kalangan, beragam karakter, berubah zaman tentu juga berubah orientasi. Gontor mengantisipasi hal itu. Mereka memahami, jikalau ada celah pada sistem, maka tentu akan menjadi lubang yang suatu saat bisa dimanfaatkan pihak lain untuk melenturkan sistem yang ada. kita belum bisa seratus persen membuat sistem yang kuat seperti itu.

Masalah handphone yang dilarang dibawa ke komplek asrama, larangan pengunjung masuk ke asrama tentu semata-mata agar mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Kita semua ingin mencari jalan terbaik bagi keberlangsungan iklim pendidikan di pondok. Bagi santri. Bagi wali santri. Penyitaan hape di kompleks asrama, tentu merupakan salah satu hal yang harus dilakukan, baik itu oleh Pengurus OPPI, maupun Dewan staff Pengasuhan Santri. Ini adalah langkah antisipasi dari sistem yang ada. Dan untuk kasus yang hari ini sempat ramai diperbincangkan di grup forum wali santri, kita tentu melihat bahwa semua orang sudah menjalankan kewajibannya masing-masing. Ustadzah sudah mengambil keputusan yang terbaik demi tegaknya disiplin, ustadzah sudah mengembalikan apa-apa yang ada di dalam hp yang memang dibutuhkan wali santri seperti sim card, micro sd, data-data penting lainnya, wali santri juga sudah mengambil keputusan yang terbaik. Tabayyun sudah dilakukan.

Kita semua paham, bahwa handphone adalah alat yang sangat penting. Bisa jadi itu adalah kotak kecil yang terisi dengan semua hal-hal yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup kita. Bisa jadi, kotak kecil itulah yang mengatur bisa hidup atau tidaknya kita. Atau bahkan nasib kita ada di tangan kotak kecil serba guna itu. Namun, yang bisa kita ambil dari kejadian ini adalah. Bagaimana keteledoran dapat menghancurkan segalanya. Andaikan hape itu dibawa anak kecil, dan tanpa sadar menjatuhkannya, kira-kira kita akan mengadu ke siapa? Padahal di dalamnya terletak nasib keluarga kita? Maka, sikap kita setelah mendapati kasus yang demikian ini tentu adalah semakin menyiapkan diri agar lebih mawas dan lebih hati-hati. Baik mendidik anak, mengontrol dan mengawasi interaksi mereka.

Pihak pondok tentu juga akan berbenah diri. Bisa jadi kunjungan akan semakin dipusatkan di aula dan masjid, bisa jadi mereka akan melarang pengunjung yang masih sering bertemu anaknya di are-are yang tidak diperkenankan. Semua itu tentu tujuannya agar tidak ada lagi kejadian semacam ini. agar tidak ada pengunjung yang bahkan anak kecil bisa lepas dari pantauan pengurus dan staff pengasuhan dan masuk ke asrama. Apalagi dengan membawa barang terlarang. Kami yakin, dewan ustadz dan ustadzah menyita handphone santri dan wali santri pun sebenarnya sangat berat. Keputusan itu tentu melawan hati nurani mereka. Tapi, mereka berjuang melawan itu demi kebaikan pondok. Kampung yang membesarkan mereka. Maka, mari kita sama-sama mengambil hikmah dari kejadian ini. mari sama-sama berintropeksi diri. Mari sama-sama membangun sikap mawas diri. Peraturan pondok tanpa kemauan wali santri untuk mengawal sistem dan peraturan tentu tidak akan ada artinya, seberat apa pun perjuangan pengurus dan dewan staff pembina. Mari berikhlas diri, meski awalnya terasa berat.

Kemudian, tentang kekhawatiran penyalahgunaan data-data penting yang ada di hape, kami yakin itu tidak akan terjadi. Kecil kemungkinan dewan staff pembina menyalahgunakan itu. Mereka adalah orang-orang yang dipercayai mengemban amanah keberlangsungan hidup pondok ini. mereka jauh dari pikiran-pikiran buruk semacam itu. Bukan materi yang ada di pikiran para pembina. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana keluarga besar pondok ini berjalan bersama dalam kebaikan. Kita harus yakin. Bukankah itu yang kita jadikan sebagai pertimbangan memilih Al-Ishlah sebagai tempat berlabuh?

Terakhir, tentang dampak masalah ini terhadap psikis anak. Jika kita mau berbenah diri, mudah saja. Ini adalah penuturan orang-orang yang pernah menitipkan anak-anak mereka di Al-Ishlah. Tips ini telah mereka gunakan setiap kali ada masalah yang dihadapi oleh anak-anak mereka. Pertama, jangan menyalahkan anak. Barang-barang sering hilang, jangan langsung memarahi anak. Damaikan hatinya, ketika anak melihat orang tua tegar, psikisnya pun akan damai. Kemudian baru beri pengertian bagaimana menjaga barang-barang pribadi. Hindari kata-kata yang seakan menyalahkan dia. Kedua, Jangan menunjukkan wajah kecewa kita pada anak. Meski kita merasakan kekecewean, jangan sampai itu dilihat anak. Meski barang yang hilang itu berharga, jangan mengatakan di depan anak bahwa itu sangat berharga bagi orang tua. Orang tua sudah susah payah mendapatkannya, dll. Itu hanya akan membebani anak-anak kita. Damaikanlah pikirannya. Dibelakang anak, silahkan mengadukan hal-hal yang dialami oleh anak kepada Pengurus ataupun staff pembina. Anak tidak akan merasa terbebani karena kekecewaan orang tua, maupun ketakutan terhadap masalah yang anak hadapi apabila sampai di tangan pembina.

Father-and-son-1024x703

 

Dan kita memang sudah semestinya harus berhusnudzon, bahwa pembina yang ada di Pondok ini tidak akan sampai menekan, mengintimidasi, bahkan melakukan hal-hal yang akan membawa dampak psikis anak-anak kita. Mari kita memperbaiki diri. Mengelola emosi kita di depan anak-anak kita. Katakan padanya, setiap masalah yang anak hadapi tidak ada apa-apanya. Orang tua mampu mengatasinya. Damaikan hatinya, tenangkan pikirannya. Biarkan ia kembali menuntut ilmu sebagaimana mestinya.

Kejadian ini membuka mata kita, bahwa ada banyak orang yang peduli terhadap Pondok ini, ada banyak yang harus diperbaiki. Dan masih ada segudang hal yang harus segera dibenahi bersama-sama. Baik Pondok, Pembina, Santri, dan Wali santri.

Salam hormat kami, salam takzim kami, dan permohonan ma’af kami apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Semoga ini bisa mendatangkan kebaikan untuk semua pihak.

Sekian.

 

Dariku, Raihan Alam. Alumni PP. Al-Ishlah. Seseorang yang tidak pernah menemukan ekor alasan di belakang kata cintanya pada PP. Al-Ishlah Sendangagung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *